Semalam bersamamu

Semalam Bersamamu
Sebulan lebih aku mengenalmu. Mencuri pandang padamu. Mengawasimu dari jauh. Mencarimu kala kau tak terlihat. Aku juga yang selalu khawatir bila kau sakit. Meskipun aku tau, perhatian ini tak pernah kau anggap. Tak pernah kau tau dan peduli.
Kau tlah bahagia bersamanya. Kau tlah punya seseorang yang pantas kau sayang. Pujaan hatimu. Pilihan hatimu.
Tapi biarlah kujaga cinta suci ini. Biarkan aku merasakan betapa sulitnya mencintai tanpa harus merasakan indahnya dicintai. Aku percaya, suatu hari nanti kamu pasti akan sadar atas perjuanganku selama ini. Dan mungkin memang kamu bukanlah seseorang yang Tuhan ciptakan untukku. Pada saatnya nanti pasti akan datang seseorang yang akan menjagaku dan mencintaiku. Layaknya kini aku mencintaimu. Entah kapan itu semua akan jadi nyata. Tapi untuk saat ini, biarkan cintaku menjalar ke ragamu tanpa siraman kasihmu. Cinta ini akan tetap hidup meski layu.
Pernahkah kamu bayangkan ada seseorang yang setia menunggumu di tepian arus yang deras? Itulah aku. Menunggu saat kamu dan dia berpisah. Namun tak tega rasanya harus melihatmu sakit karna perpisahan yang tak kamu inginkan.
Lelah rasanya bersandar pada ketidak pastian. Habis sudah semangat hidupku. Cintapun rasanya telah terkuras habis untuk mencintamu.
#~#~#
Aku tak ingat kapan terakhir kali kita bertemu. Yang kuingat kini kamu sudah pergi ke luar kota, dan sebentar lagi aku akan menyusulmu. Tugas dari kantor memaksaku untuk dipindah tugaskan ke kotamu. Sekilas aku merasakan hatiku yang sudah tidak sabar lagi untuk mencarimu. Tapi aku lebih takut kalau aku akan menemukanmu bersama kekasihmu disana.
Ku tapakkan kakiku dikotamu. Apakah kita akan bertemu disini? Apakah wajahmu telah berubah? Apakah kamu akan mengenaliku nantinya bila Tuhan mengijinkan kita bertemu? Pertanyaan itulah yang terus memenuhi otakku.
Ini adalah hari kedua aku disini, dan aku tak kunjung menemukanmu. Waktuku disini hanya sepuluh hari, dan mungkin ini waktu yang mustahil untuk menemukan seseorang dikota seluas ini.
Hari ini aku difokuskan dengan kerjaan hingga aku tak bisa memiliki waktu untuk mencarimu. Namun semangatku belum padam. Dan esok aku berniat untuk mencari tau tempat tinggalmu full seharian, karna esok hari Minggu.
Kubuka akun-akun sosmed milikmu. Dan disitulah aku menemukan titik terang. Aku tau daerah tempat tinggalmu. Lalu aku berlari ke halte terdekat untuk mencari alamatmu. "Kuharap alamat yang kamu cantumkan di sosmed betul", bisikku dalam hati.
Beberapa menit kemudian bus berhenti. Awalnya aku ragu untuk turun, tapi kucoba untuk tetap tenang. Disini banyak banget rumah, apa mungkin aku akan menemukan rumahmu? Aku bertanya pada orang disekitar sini tentang kamu, tapi tak ada juga yang tau.
Kini matahari berada tepat diatasku. Teriknya terasa membakar kulit. Tapi semua itu tak ku pedulikan, aku tetap mencarimu. Aku mendekati seorang pemuda bertubuh tinggi yang tengah duduk diteras rumah. Dan kutanya. Wow, ini adalah orang yang tepat, dia tau alamatnya. Dan yah,,,,,,,,, alamat itu lumayan jauh dari sini. Tapi tak apa, ini adalah hasil dari perjuanganku.
Setelah dua puluh menitan aku naik ojek,akhirnya aku sampai di rumah bercat hijau dengan tanaman- tanaman berbunga tersusun rapi di pekarangannya. Langkahku makin berat. Aku bahagia sekaligus gelisah. Oh Tuhan bantulah hamba-Mu ini,,,,
Tok,,,,,tok,,,,,tok,,, berulang kali aku ketuk pintunya tapi tak kunjung dibukakan. Salah seorang tetangganya menghampiriku dan menjelaskan kalau penghuni rumah sedang keluar kota untuk acara lamaran dalam waktu beberapa hari kedepan.
Astaga betapa kecewanya aku. Tubuhku lemas mendengar penjelasan orang tadi. Aku datang jauh-jauh kesini tapi kamu malah nggak ada. Dan kamu sedang lamaran? Ini mimpi atau nyata? Seketika itu air mataku pecah. Aku pulang dengan perasaan campur aduk.
Seminggu telah berlalu, dan aku tak kunjung menemukanmu. Apakah ini pertanda bahwa aku tak dapat memilikimu? Jika takdir berkata seperti itu, aku hanya bisa berharap dapat melihatmu untuk yang terakhir kali sebelum kamu benar-benar jadi milik orang lain.
Ini hari terakhir aku disini. Aku tak lagi berharap akan berjumpa denganmu. Aku akan belajar ikhlas.
Dinginnya malam tak menyurutkan niatku untuk pergi ke pusat oleh-oleh. Aku tak mungkin pulang dengan tangan kosong. Apa kata teman kantor nantinya.
Aku mengambil beberapa kain khas daerah ini lalu menuju makanan-makanan khasnya. Setelah puas belanja aku lanjut ke resto sederhana yang berjarak beberapa meter dari toko oleh-oleh. Aku menyebrang jalan dengan hati-hati. Aku juga tak lupa noleh kanan kiri sebelum nyebrang. Tapi ditengah penyebrangan, sebuah mobil melaju dengan kencang. Langkah kakiku yang pendek tak mampun berlari cepat. Mobil itu mengerem keras. Tapi , braaak,,, mobil itu menyerempetku. Aku tersungkur di aspal. Kakiku berdarah, tanganku juga lecet-lecet. Si pengemudi mobil keluar dari mobil untuk menolongku. Pengemudi itu adalah seorang pria tampan. Pria itu langsung menggendongku ke mobil dan membawaku ke runah sakit.
Di perjalanan, pria itu tak henti-hentinya meminta maaf. Dia sedang terburu -buru ingin menjemput calon istrinya. Terangnya padaku.
Dirumah sakit dokter langaung menanganiku. Syukurlah lukaku ringan, cuma lecet biasa. Jadi aku bisa langsng pulang.
Pria itu lalu mengantarku pulang. Rasanya aku tak asing dengan pria ini? Tapi siapa? Beberapa kali aku menatap wajahnya dari cermin. Sepertinya aku kenal pria ini. Ku amati cincin yang tersemat di jari manisnya. Itu mungkin cincin tunangannya.
Sampailah di rumah sewaanku. Dia membantuku berjalan serta membawakan barang - barangku. Dia meminta maaf lagi padaku. Dan kini aku lihat sorot matanya. "Ya Tuhan ,,, dia adalah pria yang selama ini aku cari," . Tapi pria ini segera berpamitan sebelum aku sadar. Mesin mobilnya telah menderu. Dia mengangguk dan pergi begitu saja.
Ya, itu memang dia yang selama ini aku cari. Dia tak mengenaliku. Aku sadar kalau aku benar-benar melihatnya. Dan mungkin untuk terakhir kali aku bisa melihatmu. Kamu akan menikah dalam waktu dekat ini.  Dan aku tak mungkin merusak kebahagiaanmu. Tapi aku lega bisa melihatmu. Perjuanganku selama ini tidak sia-sia. Setidaknya aku telah berusaha meski takdir tak merestuinya.Air bening mulai mengalir dari pelupuk mataku. Aku percaya inilah takdir yang terbaik untukku.

Komentar