makalah ipa kelas x "stunami"
MAKALAH IPA
Dwi
Maghfiroh
Elly
Erliasari Dewi
Nanank
Kurniyadi
SMK EYZZUL MOSLEM BULU
Jl.K.ROFI’I NO 22
Gondosuli,Bulu,Temanggung
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gempa bumi dan
tsunami, 26 Desember 2004, yang menimpa Aceh dan telah menyebabkan hampir 230.000
penduduk meninggal dunia dan 600.000 penduduk kehilangan tempat tinggal.
Sebanyak 1.644 kantor pemerintah, 270 pasar, 239 pertokoan hancur, 2.732 tempat
peribadatan rusak, lebih dari 1.151 sekolah dan pesantren, 33 rumah sakit dan
rumah bersalin musnah,
Ketika tsunami
melanda wilayah Aceh dan Nias pada tanggal 26 Desember 2004 lalu, lebih dari
dua ratus ribu jiwa meninggal dunia dan dinyatakan hilang. Hal ini dapat
di definisikan sebagai berikut, yaitu :
a. Sebagai
kuasa Tuhan
b. Adanya
kearifan lokal, dan
c. Topografi
wilayah
Prinsip masyarakat
Aceh dan Simeulue yang sangat agamis seringkali mengkaitkan berbagai peristiwa
di dunia ini dengan aspek keTuhanan, sehingga peristiwa tsunami juga dianggap
sebagai bagian dari cobaan terhadap keimanan manusia. Alasan kedua, adanya
suatu “kearifan” lokal dalam bentuk cerita turun temurun tentang peristiwa
tsunami yang pernah terjadi pada masa-masa sebelumnya. Salah satu nilai
kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Simeulue adalah apabila terjadi
suatu gempa kuat yang diiringi dengan surutnya air laut, maka masyarakat harus
naik ke wilayah yang lebih tinggi. Kondisi topografi wilayah di sebagian besar
permukiman di pulau Simeulue yang berbukit-bukit juga memudahkan masyarakat
untuk segera menyelamatkan diri.
KAJIAN TEORI
Definisi Tsunami
Istilah tsunami
berasal dari bahasa Jepang tsu artinya pelabuhan dan nami artinya
gelombang laut. Secara harfiah berarti “ombak besar di pelabuhan”, adalah
sebuah ombak yang terjadi setelah sebuah gempa bumi, gempa laut, gunung berapi
meletus atau hantaman meteor di laut. Tenaga setiap tsunami adalah tetap
terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Dengan itu, apabila gelombang
menghampiri pantai, ketinggiannya meningkat sementara kelajuannya menurun.
Gelombang tersebut bergerak pada kelajuan tinggi, hampir tidak dapat dirasakan
efeknya oleh kapal laut (misalnya) saat melintasi di laut dalam, tetapi
meningkat ketinggian hingga mencapai 30 meter atau lebih di daerah pantai.
Sedangkan gelombang adalah getaran yang merambat. Dampak negatif yang
diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya. Bangunan,
tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan
genangan, pencemaran air asin, lahan pertanian, tanah dan air bersih.
Penyebab Gelombang Tsunami
Gempa-gempa yang
paling mungkin dapat menimbulkan tsunami adalah gempa yang terjadi di dalam
laut. Kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km, magnitudo lebih besar dari 6,0
skala Richter, serta jenis penyesaran gempa tergolong, sesar naik atau sesar
turun.
Pasca bencana gempa
dan gelombang tsunami di Nangroe Aceh Darussalam 26 Desember 2004, kata
“tsunami” kini makin populer di Indonesia. Padahal sejak 1992 tsunami mulai
dikenal masyarakat di negeri ini ketika terjadi bencana tsunami di Flores pada
12 Desember. Meski mulai dikenali, namun belum dipahami secara benar.
Dikatakannya bahwa
kecepatan penjalaran gelombang tsunami, berkisar antara 50 km sampai 1.000 km
per jam. Pada saat mendekati pantai, kecepatannya semakin berkurang karena
adanya gesekan dasar laut. Tetapi tinggi gelombang tsunami justru akan
bertambah besar pada saat mendekati pantai. Ia menyebutkan gelombang tsunami
mencapai ketinggian maksimum pada pantai berbentuk landai dan berlekuk seperti
teluk dan muara sungai. Pada pantai semacam ini, tinggi gelombang tsunami dapat
mencapai puluhan meter. Seperti gempa Flores tahun 1992 dengan magnitudo 6,8 SR
secara teoritis akan menghasilkan gelombang tsunami setinggi satu sampai dua
meter di episentrum gempa. Namun, pada saat tiba di pantai Flores, gelombang
tsunami mencapai ketinggian maksimum sekitar 24 meter.
Kecepatan gelombang
tsunami tergantung pada kedalaman laut dimana gelombang terjadi, dimana
kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai
pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat
merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami
hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai, tinggi gelombangnya
bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan massa air. Saat mencapai
pantai, tsunami akan merayap masuk daratan, jauh dari garis pantai dengan
jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.
Gempa bumi juga banyak
terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng
benua. Gempa yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya,
dasar laut naik turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang
berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau
meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar,
dapat terjadi mega tsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.
Potensi tsunami di Indonesia
Berdasarkan katalog
gempa (1629 – 2002) di Indonesia pernah terjadi tsunami sebanyak 109 kali,
yakni 1 kali akibat longsoran (landslides), 9 kali akibat gunung berapi dan 98
kali akibat gempa bumi tektonik. Gempa yang menimbulkan tsunami sebagian besar
berupa gempa yang mempunyai mekanisme fokus dengan
komponen dip-slip, yang terbanyak adalah
tipe thrust (Flores, 1992) dan sebagian kecil tipe normal (Sumba,
1977). Gempa dengan mekanisme fokus strike slip kecil sekali
kemungkinan untuk menimbulkan tsunami.
Tanda-tanda akan
datangnya tsunami di daerah pinggir pantai adalah :
a. Air
laut yang surut secara tiba-tiba
b. Bau
asin yang sangat menyengat
c. Dari
kejauhan tampak gelombang putih/suara gemuruh yang sangat keras.
Tsunami terjadi jika
:
a. Gempa
besar dengan kekuatan gempa > 6,5 SR
b. Lokasi
pusat gempa di laut
c. Kedalaman
dangkal < 40 km
d. Terjadi
deformasi vertikal dasar laut
Dampak Tsunami Aceh di NTB
Salah satu desa
dampingan P2KP yaitu Desa Lembar, Kecamatan Lembar Kabupaten Lombok Barat, NTB
pada 26 desember 2004 lalu terkena dampak tsunami Aceh berupa gelombang air
pasang setinggi 5 meter. Dalam peristiwa tersebut tidak ada korban jiwa, namun
sebanyak 20 rumah di pesisir pantai dan 9 bagan nelayan hanyut. Dari musibah
tersebut, Pemda Lombok Barat mengambil langkah antisipasi dini dengan
mengevakuasi sejumlah 1.045 jiwa penduduk atau sekitar 238 KK pada 27 Desember
2004 lalu.
Jumlah para
pengungsi yang ditampung di gudang Dolog Pemda Lombok Barat sebanyak 645 jiwa
serta 403 jiwa ditampung di workshop PU provinsi NTM. Masyarakat peduli sesama
dan Pemda Lombok Barat menyalurkan bantuan pangan berupa beras, mie instan, air
mineral dan bahan pangan lainnya. Personil P2KP juga menghimpun dana bantuan
yang dikoordinir oleh team leader KMW 10 NTB, Asfan Syufainal serta Korkot 1
kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat, Hartatik. Dana tersebut telah
disalurkan dalam bentuk bahan pangan berupa beras 20 kg, mie instan 10 dos dan
sabun cuci 10 dos.
Pemetaan swadaya di
desa tersebut telah dilakukan sebelum dampak tsunami datang memporak-porandakan
lingkungan perumahan dan pemukiman penduduk. Kini, masalah yang paling
prioritas adalah tidak terdapatnya jembatan penyeberangan sepanjang 20 meter
yang menghubungkan dusun Cemara dengan desa induknya. Setelah musibah melanda,
masyarakat dusun Cemara melalui tim PS telah mengajukan permohonan (kepada
fasilitator) agar pemetaan swadaya diulang melalui rembuk masyarakat guna
penetapan prioritas mendesak saat ini.
Gubernur NTB Lalu
Serinata saat meninjau lokasi tersebut mengungkapkan kesediaannya guna
membiayai pembangunan jembatan penyeberangan tersebut. Dukungan P2KP sebatas
pada perbaikan lingkungan perumahan dan pemukiman yang berupa MCK dan SPAL.
Sebanyak 1.043 orang pengungsi pada 3 Januari 2005 lalu telah dipulangkan di
kampungnya di dusun Cemara, Desa Lembar oleh Pemda Lombok Barat. Sedangkan
untuk 2 orang penduduk yang masih sakit, tengah dirawat di RSU Gerung Lombok
Barat (Hartatik, Korkot 1 Lombok Barat dan kota Mataram).
PENYAJIAN DATA, ANALISIS DAN
PEMECAHAN MASALAH
PEMECAHAN MASALAH
Penyajian Data dan Analisis
Bencana tsunami
dapat diprediksi oleh berbagai institusi seismologi di berbagai penjuru dunia
dan proses terjadinya tsunami dapat dimonitor melalui perangkat yang ada di
dasar atau permukaan laut yang terkoneksi dengan satelit.
Perekam tekanan di
dasar laut bersama-sama dengan perangkat yang mengapung di laut (buoy) dapat
digunakan untuk mendeteksi gelombang yang tidak dapat dilihat oleh pengamatan
manusia pada laut dalam, sistem sederhana yang pertama kali digunakan untuk
memberikan peringatan awal akan terjadinya tsunami pernah dicoba di Hawaii pada
tahun 1920-an, kemudian sistem yang lebih canggih dikembangkan lagi setelah
terjadinya tsunami besar pada tanggal 1 April 1946 dan 23 Mei 1960.
Pemecahan Masalah
Dari penyajian data
dan analisis di atas maka disimpulkan bahwa salahsatu pemecahan masalah tsunami
di Indonesia adalah diwujudkannya sistem peringatan dini di Indonesia.
Saat ini Indonesia
sedang melakukan pekerjaan pembangunan sistem peringatan dini tsunami. Salah
satu proyek yang dikerjakan adalah kerjasama dengan negara Jerman. Pengembangan
sistem peringatan dini tsunami ini melibatkan banyak pihak dan instansi
pemerintah. Tujuan utama pembangunan sistem peringatan dini tsunami ini adalah
untuk terciptanya sebuah sistem yang dapat menginformasikan serta
memperingatkan masyarakat luas apabila terjadi suatu gempa yang berpotensi
tsunami dalam waktu sesingkat-singkatnya agar kerugian nyawa dan materi dapat
dihindarkan semaksimal mungkin.
PENUTUP
Kesimpulan dan Saran
Dari hasil pemaparan
karya ilmiah ini dari awal hingga akhir, sebagai uraian penutup kiranya penulis
perlu memberikan beberapa langkah kongkret yang dapat kita lakukan saat daerah
kita dilanda tsunami. Adapun langkah-langkah tersebut antara lain :
a. Saat Tsunami Datang
Ø Jangan panik.
Ø Jangan menjadikan gelombang tsunami sebagai tontonan. Apabila
gelombang tsunami dapat dilihat, berarti kita berada di kawasan yang tidak
aman.
Ø Jika air laut surut dari batas normal, tsunami mungkin terjadi.
Ø Bergeraklah dengan cepat ke tempat yang lebih tinggi, ajaklah
keluarga dan orang di sekitar turut serta tetaplah di tempat aman sampai air
laut benar-benar surut. Jika Anda sedang berada di pinggir laut atau dekat
sungai, segera berlari sekuat-kuatnya ke tempat yang lebih tinggi. Jika
memungkinkan, berlarilah menuju bukit yang terdekat.
Ø Jika situasi memungkinkan, pergilah ke tempat evakuasi yang sudah
ditentukan.
Ø Jika situasi tidak memungkinkan untuk melakukan tindakan seperti di
atas, carilah bangunan bertingkat yang bertulang baja (ferroconcrete building),
gunakan tangga darurat untuk sampai ke lantai yang paling atas (sedikitnya
sampai ke lantai 3).
Ø Jika situasi memungkinkan, pakai jaket hujan dan pastikan tangan
Anda tidak membawa apa-apa
b. Sesudah Tsunami
Ø Ketika kembali ke rumah, jangan lupa memeriksa kerabat satu
persatu.
Ø Jangan memasuki wilayah yang rusak, kecuali setelah dinyatakan
aman.
Ø Hindari instalasi listrik.
Ø Datangi posko bencana untuk mendapatkan informasi. Jalinlah komunikasi
dan kerja sama dengan warga sekitar.
Ø Bersiaplah untuk kembali ke kehidupan yang normal.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Moch. Ma’ruf Tanudjaja. 1995. Ilmu Pengetahuan Bumi dan
Antariksa. Jakarta : Balai Pustaka
.
Ø Anonim. 1987. Atlas Geografi Indonesia dan Dunia. Jakarta :
Pustaka Ilmu.
Komentar
Posting Komentar